Header Ads

  • Breaking News

    Ini Pesan Dr. Margarito Kamis untuk Parpol di Pemilu 2024

    Dr. Margarito Kamis sedang menyampaikan pemikirannya



    68 JUTA PENDUKUNG SANDI UNTUK PBB 2024 -- Pasca Pemilu 2019, kondisi partai-partai islam dinilai mengkhawatirkan. Partai – partai Islam di Indonesia harus mampu menjawab kebutuhan Umat Islam. Jika partai Islam tidak segera mengevaluasi diri, maka suatu saat nanti partai Islam akan ditinggalkan pemilihnya.

    Demikian rangkuman dari seminar nasional yang digelar Forum Aktifis Islam bertema ‘Prospek Partai Islam Pasca Pilpres dan Pileg 2019 di Indonesia’ di Hotel Lorin, Sentul, Bogor, Jawa Barat pada 25 – 26 Juli 2019.

    Acara dibuka oleh mantan aktifis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Jamaludin Kariem bersama akademisi Prof. Masyhudulhak. Puluhan peserta hadir, diantaranya DR. Ahmad Yani dan Rijal, Ketua Umum KOBAR (Komando Barisan Rakyat) serta dari Syarikat Alumni Institut Teknologi Bandung (SA ITB).

    Hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut adalah pakar hukum tata negara DR. Margarito Kamis, pengamat politik Amir Hamzah, MMK, Anwar Sanusi mantan anggota DPR dari PPP dan Lukman Hakim, Habib Novel Bamukmin aktifis Front Pembela islam (FPI),  Khairul Anas Suaidi dari SA ITB yang juga mantan caleg Partai Bulan Bintang (PBB) dan Fakhrurrazi Rahman (SA ITB).

    Mantan Menteri Kehutanan yang juga Ketua Presidium Majelis Permusyawaratan Pribumi Indonesia (MPPI), DR. MS. Kaban dalam sambutannya mengaku prihatin dengan kondisi partai islam di Indonesia. Betapa tidak, sejak Pemilu 1955 dimana pemilih partai Islam (Masyumi dan Nahdlatul Ulama) mengalami penurunan yang signfikan. “Saat Pemilu 1955, suara partai Islam sekitar 40 persen dan terus mengalami penurunan yang signifikan. Pada pemilu 2019, total suara partai-Islam tinggal sekitar 25 hingga 30 persen saja. Ini jadi sinyal buat semua partai Islam untuk segera membenahi diri,” ungkapnya.

    “Karena itu, saya berharap seminar ini mampu menghasilkan ide-ide segar untuk menjawab kondisi partai islam saat ini. Karena, keberadaan partai Islam sebagai alat perjuangan politik Umat Islam khususnya di Indonesia adalah sebuah keniscayaan. Mengingat, mayoritas penduduk Indonesia beragama islam. Sehingga, Umat Islam menjadi kunci maju mundurnya Bangsa ini,” papar mantan aktifis HMI yang juga politikus senior PBB ini.

    Dr. Margarito Kamis yang hadir sebagai pembicara menggambarkan geopolitik skala internasional yang mempengaruhi kondisi politik Indonesia. Termasuk Partai-partai Islam yang ikut berperan khususnya dalam pemilu 2019 lalu. Menurutnya, pertarungan politik yang terjadi di Indonesia, sedikit banyaknya dipengaruhi oleh kekuatan atau kepentingan asing. Sehingga, parta-partai Islam harus memiliki konsep yang jelas dalam memainkan perannya untuk memperjuangkan kepentingan Umat Islam dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Sementara, Amir Hamzah  menawarkan solusi alternatif kepada para aktifis Islam khususnya yang berkecimpung dalam partai politik. Yakni, membenahi internal partai Islam atau membentuk partai baru dengan konsep jelas memperjuangkan kepentingan Umat islam. “Mencermati kondisi partai islam saat ini, maka ada dua saran saya, yakni membangun kembali atau kembali membangun. Tapi, tentu dengan konsep baru yang lebih nyata perjuangannya untuk Umat Islam,” ujar mantan aktifis Pelajar Islam Indonesia (PII) dan HMI ini.

    Seakan menjawab solusi yang ditawarkan Amir Hamzah untuk membangun atau membentuk partai Islam baru, dua pembicara akhir Khairul Anas dan Fakhrurrazi memaparkan konsep pemberdayaan Umat bidang ekonomi dan tekhnologi. “Konsep tekhnologi ini sebenarnya sudah saya tawarkan ke PBB kemarin, tapi entah kenapa tidak mendapat respon. Kalau nanti semua sepakat untuk bentuk partai Islam baru, maka saya yakin konsep ini bisa menjawab kebutuhan Umat dan menjadikan partai islam benar-benar menjadi alat perjuangan Umat,” kata Anas disambut tepuk tangan para peserta seminar. (sumber)

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad